Minggu
ini aku berhasil selesein baca 6 buku, yeahh, seneng banget, bukan karena
kuantitasnya tapi karena aku banyak dapat pengetahuan dari buku-buku itu
meskipun dari novel.
Meski
aku bukan penikmat sastra yang baik, tapi aku bisa ngerasain sudut pandang yang
beda2 dari novel2 yang aku baca. Aku resensi ah biar ga lupa, tapi nyicil
nulisnya.
Novel
dan buku2 yang pingin aku tulisin disini :
Resensi
99 cahaya di langit Eropa karya mba
Hanum Salsabiella Rais duet sama suaminya Mas Rangga Almahendra. awalnya aku ragu bisa nyelesein baca novel
ini.
Mas
nantangin sih pas aku liat nih buku masih rapi terbungkus plastik di gramedia
Matraman.
''
Ini kata dek Wina apik loh dek, kl adek bisa baca novel ini sampe habis ta
traktir steak Hollycow wes, gelem ra''.
Nah
loh, kok aku jadi malu sendiri, masa aku baru mau baca buku kalo di iming2
hadiah. Ga jauh sama kelakuan balita, padahal kan ilmunya buat aku sendiri.
Kapan
aku bisa ngimbangi suami yang seorang ''predator buku''. Akhirnya aku masukin
deh tuh buku di tas belanjaan gramed, *bungkuss*.
Nah,
awal baca buku ini, ga tau kenapa aku yang awalnya ga yakin bisa selesein malah
akhirnya kayak orang kalap pingin baca terus dan terus.
Subhanallah
ini ga kalah sama Davinci Code. Mba Hanum dan Mas Rangga bisa menuangkan
indahnya islam di Eropa secara elegan dan realistis, ditengah isu islam radikal
dan atheisme di mana2.
Nanti
deh resensinya, yang jelas semakin kagum atas intelektualitas pasangan muda
ini.
2. Buku Indonesia Mengajar 1 dan
Indonesia Mengajar 2.
Buku
ini menceritakan tentang pengalaman pengajar muda Indonesia di bawah yayasan
Indonesia Mengajar yang di prakarsai idola saya Bapak Anies Baswedan. Sekali
lagi subhanallah, melihat semangat juang anak muda Indonesia untuk mengabdi di
pedalaman Indonesia.
Ceritanya
sangat berwarna, kepolosan dan keluguan anak kecil dalam menuntut ilmu yang
kelak akan membuat mereka menjadi generasi beradab yang mungkin juga akan
memimpin negara ini, penuh rasa terharu, sedih, semangat. Pokoknya aku yakin,
Indonesia tidaklah sedramatis yang dibayangin orang (dalam hal moral).
Masih
banyak anak muda yang siap menyingsingkan lengan baju kerja keras membangun
mental bangsa. Meski miris, dibalik itu, di luar sana, sering aku temui,
apalagi anak muda ibukota yang taunya hura2.
3. Ini buku ke 4 kan artinya ya, kan
Indonesia Mengajar ada 2 serial, Novel 9 matahari.
Novel
karya Adenita ini menceritakan seorang gadis muda yang berjuang mati2 an untuk
bisa terus kuliah.
Semua
usaha dia jalani dan itu ga mudah. Ya dia ingin melanjutkan pendidikan ke
universitas supaya bisa keluar dr kegelapan dan kemiskinan keluarganya.
Setidaknya
baginya menjadi manusia berilmu itu bisa meninggikan derajadnya. Kerenn dan
salut banget deh, membuka mata hati bahwa kita yang diberi kesempatan bisa
bersekolah dengan mudah harus bersyukur dan menghargai kesempatan meraih ilmu.
*Jangan
pernah menyepelekan ilmu barang sedikitpun, atau kau akan dirmehkan oleh ilmu
itu sendiri suatu saat nanti. Begitulah pesen guru SD saya waktu itu (Pak Anwar Quotes).*
4. Serial kolom Umar Kayyam yang
judulnya mangan ora mangan kumpul.
Ini
sih aku sudah baca berkali2 tapi tetep aja suka dan ketagihan.
Isinya
dinamika kehidupan sosial politik humaniora dari mata sosiolog sekaliber Prof
Umar Kayam yang dulu di tulis di kolom mingguan Kedaulatan Rakyat.
Prof
Umar Kayyam merupakan idola sekeluarga saya, terutama keluarga di Solo. Alm
Eyang Kakung sangat menghormati Pak Kayyam.
Eyang
kakung pernah bilang saat melayat Pak Kayyam. Indonesia belum tentu punya
sastrawan sebesar Kayyam dalam 100 tahun kedepan.
Dia
punya gaya yang beda, menulis tanpa menggurui.
Bahkan
di pengantarnya, sastrawan besar lain sekelas Goenawan Muhamad (yang juga idola
saya) sangat menjunjung tinggi sosok pak Kayam.
Di
4 serial mulai dari Mangan Ora mangan kumpul, sugih tanpa bandha, Madhep ngalor
sugih madhep ngidul sugih, dan satrio piningit ing kampung pingit, profesor UGM
ini meramu kehidupan sosial politik dengan gaya penuh humor, dimana Mister
Rigen, Nansiyem, Beni Prakoso dan Tolo2, serta Pak Joyoboyo penjual Penggeng
Eyem terkenal dari Klaten itu mewakili peran sebagai rakyat kecil meski Mr
Rigen menduduki Kitchen Kabinet. Dia tetep aja batur.
Kemudian
Pak Ageng mewakili kehidupan Pak Kayyam sendiri sebagai priyayi kelas menengah,
Prof Lemahamba dan Prof Prasojo Legowo, 2 intelektual dengan gaya hidup yang
bertolak belakang. Selain itu jg dibahas kisruhnya sepakbola indonesia, moneter
dunia, dll. Nah herannya meski buku ini sudah lama sekali, tapi realitas2 nya
masih sinkron dengan kehidupan masa kini.
6.
Nah buku terakhir yang baru saya selesaikan adalah Novel Ibuk karya Mas Iwan Setyawan yang juga orang Batu. Bagaimana
perjuangan Bu Tinah supaya anak2 nya bisa sekolah. Salah satu anaknya, Mas Iwan
akhirnya dengan berdarah2 bisa melanjutkan kuliah di Statistika IPB, bisa bekerja
sesuai impiannya di Komplek Gedung Sudirman, dan akhirnya tak di nyana dia
malah kerja di New York bahkan sampai diangkat jadi direktur Analis.
Subhanallah.
Selain
buku2 diatas aku jg masih sempet baca2 buku manajemen dan administrasi
bisnis... Sesuatu deh..di sela2 momong.
Resensi
masing2 menyusul ah. Sekarang saatnya ketemu sama Ibu.(buku2 diambil dari mbah google)