Selasa, 11 Desember 2012

Edisi "Predator Buku" *sok*


Minggu ini aku berhasil selesein baca 6 buku, yeahh, seneng banget, bukan karena kuantitasnya tapi karena aku banyak dapat pengetahuan dari buku-buku itu meskipun dari novel. 

Meski aku bukan penikmat sastra yang baik, tapi aku bisa ngerasain sudut pandang yang beda2 dari novel2 yang aku baca. Aku resensi ah biar ga lupa, tapi nyicil nulisnya. 

Novel dan buku2 yang pingin aku tulisin disini : 

Resensi 99 cahaya di langit Eropa karya mba Hanum Salsabiella Rais duet sama suaminya Mas Rangga Almahendra.  awalnya aku ragu bisa nyelesein baca novel ini.


Mas nantangin sih pas aku liat nih buku masih rapi terbungkus plastik di gramedia Matraman. 

'' Ini kata dek Wina apik loh dek, kl adek bisa baca novel ini sampe habis ta traktir steak Hollycow wes, gelem ra''. 

Nah loh, kok aku jadi malu sendiri, masa aku baru mau baca buku kalo di iming2 hadiah. Ga jauh sama kelakuan balita, padahal kan ilmunya buat aku sendiri. 

Kapan aku bisa ngimbangi suami yang seorang ''predator buku''. Akhirnya aku masukin deh tuh buku di tas belanjaan gramed, *bungkuss*. 

Nah, awal baca buku ini, ga tau kenapa aku yang awalnya ga yakin bisa selesein malah akhirnya kayak orang kalap pingin baca terus dan terus. 

Subhanallah ini ga kalah sama Davinci Code. Mba Hanum dan Mas Rangga bisa menuangkan indahnya islam di Eropa secara elegan dan realistis, ditengah isu islam radikal dan atheisme di mana2. 

Nanti deh resensinya, yang jelas semakin kagum atas intelektualitas pasangan muda ini. 

2. Buku Indonesia Mengajar 1 dan Indonesia Mengajar 2. 

Buku ini menceritakan tentang pengalaman pengajar muda Indonesia di bawah yayasan Indonesia Mengajar yang di prakarsai idola saya Bapak Anies Baswedan. Sekali lagi subhanallah, melihat semangat juang anak muda Indonesia untuk mengabdi di pedalaman Indonesia. 

Ceritanya sangat berwarna, kepolosan dan keluguan anak kecil dalam menuntut ilmu yang kelak akan membuat mereka menjadi generasi beradab yang mungkin juga akan memimpin negara ini, penuh rasa terharu, sedih, semangat. Pokoknya aku yakin, Indonesia tidaklah sedramatis yang dibayangin orang (dalam hal moral). 

Masih banyak anak muda yang siap menyingsingkan lengan baju kerja keras membangun mental bangsa. Meski miris, dibalik itu, di luar sana, sering aku temui, apalagi anak muda ibukota yang taunya hura2. 

3. Ini buku ke 4 kan artinya ya, kan Indonesia Mengajar ada 2 serial, Novel 9 matahari.
Novel karya Adenita ini menceritakan seorang gadis muda yang berjuang mati2 an untuk bisa terus kuliah. 

Semua usaha dia jalani dan itu ga mudah. Ya dia ingin melanjutkan pendidikan ke universitas supaya bisa keluar dr kegelapan dan kemiskinan keluarganya.
Setidaknya baginya menjadi manusia berilmu itu bisa meninggikan derajadnya. Kerenn dan salut banget deh, membuka mata hati bahwa kita yang diberi kesempatan bisa bersekolah dengan mudah harus bersyukur dan menghargai kesempatan meraih ilmu. 

*Jangan pernah menyepelekan ilmu barang sedikitpun, atau kau akan dirmehkan oleh ilmu itu sendiri suatu saat nanti. Begitulah pesen guru SD saya waktu itu (Pak Anwar Quotes).*
4. Serial kolom Umar Kayyam yang judulnya mangan ora mangan kumpul.
Ini sih aku sudah baca berkali2 tapi tetep aja suka dan ketagihan. 

Isinya dinamika kehidupan sosial politik humaniora dari mata sosiolog sekaliber Prof Umar Kayam yang dulu di tulis di kolom mingguan Kedaulatan Rakyat.

Prof Umar Kayyam merupakan idola sekeluarga saya, terutama keluarga di Solo. Alm Eyang Kakung sangat menghormati Pak Kayyam. 

Eyang kakung pernah bilang saat melayat Pak Kayyam. Indonesia belum tentu punya sastrawan sebesar Kayyam dalam 100 tahun kedepan. 

Dia punya gaya yang beda, menulis tanpa menggurui.
Bahkan di pengantarnya, sastrawan besar lain sekelas Goenawan Muhamad (yang juga idola saya) sangat menjunjung tinggi sosok pak Kayam. 

Di 4 serial mulai dari Mangan Ora mangan kumpul, sugih tanpa bandha, Madhep ngalor sugih madhep ngidul sugih, dan satrio piningit ing kampung pingit, profesor UGM ini meramu kehidupan sosial politik dengan gaya penuh humor, dimana Mister Rigen, Nansiyem, Beni Prakoso dan Tolo2, serta Pak Joyoboyo penjual Penggeng Eyem terkenal dari Klaten itu mewakili peran sebagai rakyat kecil meski Mr Rigen menduduki Kitchen Kabinet. Dia tetep aja batur. 

Kemudian Pak Ageng mewakili kehidupan Pak Kayyam sendiri sebagai priyayi kelas menengah, Prof Lemahamba dan Prof Prasojo Legowo, 2 intelektual dengan gaya hidup yang bertolak belakang. Selain itu jg dibahas kisruhnya sepakbola indonesia, moneter dunia, dll. Nah herannya meski buku ini sudah lama sekali, tapi realitas2 nya masih sinkron dengan kehidupan masa kini. 

6. Nah buku terakhir yang baru saya selesaikan adalah Novel Ibuk karya Mas Iwan Setyawan yang juga orang Batu. Bagaimana perjuangan Bu Tinah supaya anak2 nya bisa sekolah. Salah satu anaknya, Mas Iwan akhirnya dengan berdarah2 bisa melanjutkan kuliah di Statistika IPB, bisa bekerja sesuai impiannya di Komplek Gedung Sudirman, dan akhirnya tak di nyana dia malah kerja di New York bahkan sampai diangkat jadi direktur Analis. Subhanallah. 

Selain buku2 diatas aku jg masih sempet baca2 buku manajemen dan administrasi bisnis... Sesuatu deh..di sela2 momong. 


Resensi masing2 menyusul ah. Sekarang saatnya ketemu sama Ibu.(buku2 diambil dari mbah google)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar